Sejumlah wartawan di Sumbar membangun sindikasi liputan dengan nama Journalist Journey #1 atau JoJo-1. Terdiri dari Atviarni, Asril Koto, Devi Diany, Eko Yanche Edrie, Gusfen Khairul, Heranof Firdaus, Indrasakti Nauli, Jayusdi Effendi, Nita Indrawati Arifin, Nofi Sastera, dan Zulnadi. Tiap anggota sindikasi menulis di media masing-masing. Berikut liputannya:
LIMA PULUH KOTA, HARIANHALUAN.ID – Salah seorang tokoh pers Sumbar H.Kamardi Rais Datuak Panjang Simulie, adalah putra terbaik dari kabupaten Lima Puluh Kota. Tepatnya, ia berasal dari Jorong Padang Alai, Aia Tabik.
Puluhan Wartawan Senior Sumbar dan Keluarga yang melakukan Jurnalis Jurney perdana pada Minggu (26/11), spontan berniat menziarahi makam tokoh pers Sumbar H.Kamardi Rais Datuak Panjang Simulie di Jorong Padang Alai, Aia Tabik.
“Mumpung masih ada waktu, kita ziarah ke makam Mak Datuak yo,“ ajak Gusfen Khairul. Tentu saja ajakan ini sangat baik, tambah Heranof yang saat di kuburan didaulat memimpin doa untuk almarhum.
Dt Simulie wafat 25 Oktober 2008 dalam usia 75 tahun di Padang dan dimakamkan di Pandam Pekuburan Keluarga di sana. Selain dikenal tokoh pers juga seorang tokoh adat Minangkabau sebagai Ketua LKAAM Sumbar dan politisi dari Golkar duduk di DPRD Sumbar.
“Ziarah dan mengenang para senior perlu ditradisikan setiap tahun. Moment itu bisa dikaitkan dengan peringatan HPN, baik tingkat provinsi maupun kabupaten dan kota,” kata Zulnadi salah seorang anggota tim.
Bagi para wartawan pada masa itu, Pak Datuk adalah maha guru dan juga orang tua. Pak Datuak adalah sosok pemimpin yang penuh talenta. Meski tidak pernah menempuh pendidikan di perguruan tinggi, tapi pengetahuannya luar biasa. Melebihi pemikiran seorang akademisi.Karena itu di batu nisannya, selain ditulis nama dan jabatan yang pernah diemban, ditambah dengan tulisan (Ensiklopedia Berjalan).














