PADANG, HARIANHALUAN.ID — Erupsi yang dialami Gunung Marapi saat ini bukanlah siklus erupsi tahunan gunung api. Sebab pada kenyataannya, erupsi tahunan gunung api selalu diawali dengan adanya gempa besar sebelum letusan. Hal itu pun, dikuatkan lagi dengan kenyataan bahwa posko pengamatan Gunung Api milik PVBMKG di Bukittinggi tidak merekam adanya aktivitas kegempaan yang terjadi sebelum Gunung Marapi tiba-tiba mengamuk.
“Artinya, ini murni letusan erupsi freatik yang dipicu oleh peningkatan volume air di dalam kawah magma. Apalagi saat ini Sumbar memang sudah memasuki musim penghujan,” kata Ahli Geologi Sumbar, Ade Edward, kepada Haluan Selasa (5/12) kemarin.
Ia menambahkan, usai mengalami beberapa kali erupsi freatik pada bulan Februari lalu, Gunung Marapi sempat terlihat tenang selama beberapa saat. Penurunan aktivitas vulkanis ini, terjadi karena memang setelah bulan Februari, Sumbar dilanda fenomena El-Nino yang menyebabkan rendahnya curah hujan.
“Nah, pada bulan November ini, Sumbar kembali memasuki musim penghujan, artinya tidak tertutup kemungkinan bahwa air hujan turun dan merembes ke dalam dapur magma yang memicu terjadinya reaksi kimia dan ledakan yang memicu erupsi,” ungkapnya.
Ade Edward memperkirakan,erupsi freatik yang masih dialami Gunung Marapi saat ini, masih akan terus terjadi sampai dengan tutupan magma paling atas mendingin dan rekahan kawah tertutup lumpur.
“Jadi, itu adalah fenomena umum dan proses fisika alami saja. Mudah-mudahan saat nantinya curah hujan kita sudah menurun, kondisi akan kembali normal dan kembali seperti semula,” kata Ade.














