“Penerapan CHSE perlu dilakukan dengan serius oleh seluruh pengelola objek wisata. Agar ini semua bisa berjalan dengan optimal, kedepannya kita akan memperkuatnya dengan Pergub terkait CHSE,” katanya.
Ia menambahkan, keluarga besar Dinas Pariwisata Sumbar turut berduka duka cita atas berpulangnya 23 orang pendaki yang tewas lantaran usai terjebak erupsi gunung Marapi. Kejadian ini mesti menjadi bahan evaluasi penting bagi semua pihak di masa yang akan datang.
“Terkait aktivitas pendakian di Gunung Marapi, saya kira tidak masalah selama sudah ada persetujuan dan rekomendasi dari Lembaga terkait. Namun kedepannya, Dinas Pariwisata Sumbar mendorong agar harus ada penerapan CHSE yang sangat kuat. Terutama di destinasi dan daerah beresiko,” tegasnya.
Disisi lain, Luhur Budianda juga menekankan perlu adanya pengawasan serta strategi mitigasi bencana optimal di seluruh destinasi wisata yang dinilai beresiko seperti di gunung Marapi, Air terjun maupun sebagainya.
Dikatakannya, di lokasi-lokasi tersebut mesti ada rambu penanda, jalur evakuasi darurat, serta SOP keadaan darurat yang dibuat oleh pengelola. Hal itu pun harus dipastikan bisa dipahami dan dipatuhi oleh wisatawan dan pengunjung.
“Begitupun dengan saat musim libur natal dan tahun baru mendatang. Kami telah menghimbau agar seluruh Kabupaten Kota selaku pemilik destinasi untuk benar-benar memperhatikan betul aspek CHSE di destinasi wisata masing-masing.” katanya.














