Isril Berd menilai, pembangunan batu-batu grip yang terdapat di sepanjang pesisir Pantai Kota Padang, adalah langkah pembangunan biofisik yang cukup tepat untuk menanggulangi dampak abrasi.
Ke depannya, pembangunan infrastruktur ini masih perlu terus dilakukan pemerintah daerah. Terutama di daerah-daerah yang sama sekali tidak lagi memiliki kawasan tutupan lahan Mangrove atau tanaman pemecah gelombang lainnya.
“Pemerintah Daerah harus punya program yang terstruktur sehingga tutupan hutan mangrove yang ada bisa dipelihara dan diawasi. Kemudian libatkan masyarakat setempat secara partisipatif,” ungkapnya.
Isril Berd juga menggaris bawahi, bangunan pemecah gelombang yang dibuat pemerintah untuk menanggulangi abrasi, juga harus dibuat dengan memperhatikan potensi terjangan Tsunami. Jangan sampai, kata dia, batu grib yang disusun di sepanjang pesisir pantai malah berubah menjadi malapetaka jika sewaktu-waktu gelombang tsunami datang menghantam.
“Batu grib harus dilengkapi dengan bronjong atau kerangkeng penahan. Sebab jika tidak, material ini bisa saja akan berubah menjadi seperti peluru yang akan merusak bangunan sekitarnya jika terjadi gelombang tsunami besar,” pungkasnya. (h/fzi)














