Terkait PHBS yang digagas di lingkungan pesantren, Sekretaris PDUI Cabang Sumbar dr. Pudia M. Indika, M. Kes. menyampaikan bahwa PHBS yang selalu diterapkan di manapun kita berada pada dasarnya dapat memutus mata rantai penularan penyakit tertentu mulai dari diare, influenza, hingga penyakit kulit yang umumnya terjadi di sejumlah pesantren yang belum menerapkan PHBS secara paripurna.
“Artinya, apabila PHBS melalui Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) sudah diterapkan, maka dapat mencegah penularan penyakit yang terutama terjadi pada saat pancaroba seperti sekarang ini. Selain itu, penting untuk mengkonsumsi makanan sehat berimbang yang disertai dengan olahraga dan istirahat yang cukup,” katanya.
Salah satu langkah utama dari PHBS yang penting untuk diimplementasikan di pesantren adalah gerakan CTPS di 5 momen penting, yakni saat sebelum makan, setelah dari toilet, setelah bermain, setelah batuk atau bersin, dan setelah bepergian.
Jika dibiasakan, CTPS di 5 momen penting akan mampu melindungi para santri dan santri putri dari berbagai penyebaran penyakit.
Bahkan menurut teori Swiss Cheese Model for Infectious Disease, kebiasaan ini menjadi langkah pertama untuk melindungi diri dari ancaman penyakit infeksi, setelah vaksin.
Sementara, menilik pada data Riskesdas 2018, di Provinsi Sumatera Barat, untuk usia di atas 10 tahun yang mempunyai kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) baru mencapai 37,92 persen, sehingga kebiasaan CTPS ini penting untuk disebarluaskan ke seluruh masyarakat Sumbar.
Terpisah, Head of Skin Cleansing Unilever Indonesia, Erfan Hidayat menjelaskan peran Lifebuoy untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan di area Pesantren. Salah satunya adalah dengan mencetak Duta Santri sebagai peer educator dari program peer-to-peer learning.














